Kamis, 28 Agustus 2008

GEREJA RUMAH

Dewasa ini, gereja rumah banyak dibahas dalam kelas pengajaran, khotbah dan seminar. Apa yang salah dari ide dan konsep GEREJA RUMAH. Menurut hemat saya dari apa yang disampaikan, tidak ada yang salah, apalagi apa yang disebut gereja rumah itu merupakan suatu persekutuan atau ibadah, meskipun tidak seformal Ibadah di gereja.

Seorang pembicara memaknai “Ecclesia” sebagai :
1.Menujuk kepada pribadi/individu orang percaya dengan Allah.
2.Komunitas : Kumpulan di rumah-rumah membangun pola
hidup/komunitas ilahi
3.Berarti menunjuk kepada kota : Paulus menyebut gereja/jemaat
berkenaan dengan kota-kota bukan denominasi (Jemaat Filipi,
Efesus, Korintus dsb)
4.Bangunlah Tubuh Kristus : Membangun pribadi-pribadi orang
percaya sebagai tubuh Kristus

Sebenarnya poin-poin ini pun tidak masalah, namun menurut saya problem yang muncul adalah :
1.Bila menganggap bahwa gereja rumahlah yang Alkitabiah dan
benar dengan salah satu alasannya sesuai dengan ibadah
jemaat mula-mula.
2.Karena hanya gereja rumahlah yang dianggap sebagai
manifestasi gereja yang benar, maka gereja dalam arti
bangunan fisik tidak perlu lagi, dan ada yang bahkan
menganggap tidak benar.
3.Alasan lain, bahkan yang disebut jemaat itu bukan gereja atau
denominasi tetapi kota.

Bahkan ada yang mendasarkan kepada ayat Alkitab :
Mat 26:61 yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."

Ayat ini ditafsir bahwa apa yang dikatakan Tuhan Yesus, bahwa Bait Allah sudah dirubuhkan itu digenapi pada abad VII, dan sampai sekarang tidak dibangun lagi. Lalu keluarlah pernyataan : JANGAN MEMBANGUN YANG YESUS TIDAK BANGUN.

Maksudnya, kalau Tuhan sudah meruntuhkan Bait Allah secara fisik kenapa sekarang banyak pendeta-pendeta membangun gereja-gereja besar. Jadi, menurutnya gereja dalam arti fisik tidak diperlukan lagi.

APA YANG TIDAK UTUH ?
1.Apakah sudah tidak diperlukan lagi gereja secara fisik, dan tidak perlu lagi bergereja di gedung gereja ?

Sebenarnya masalah ibadah itu di mana saja bisa, dilapangan, jalanan, gedung umum, rumah bahkan kuburan, apalagi gereja. Dengan tidak membenarkan bangunan gereja, saya rasa ini terlalu sempit. Kalau mau beribadah dengan konsep ibadah rumah/gereja rumah, ya silahkan saja dan tidak perlu tidak perlu mengatakan tidak perlu bangun gereja.

2. Apakah benar tafsiran ibadah jemaat mula-mula dan merubuhkan Bait Allah ?

Kekristenan itu tidak sekedar bergerak di area symbol, dan hukum-hukum. Simbol dan hukum-hukum ada dan perlu dipelihara, tetapi yang terpenting adalah pertanggung jawaban Hati Nurani yang takut kepada Allah. Maka apakah harus sama dengan jemaat mula-mula ? yang penting kan bukan arti harafiahnya.

Mengenai, merubuhkan Bait Allah itu bukan berbicara soal gereja dalam arti fisik, tetapi tentang kematianNya dikayu salip dan kebangkitannya pada hari yang ketiga.

3. Bait Allah memang menunjuk tubuh kita atau pribadi kita. Ini tidak salah yang salah kalau hanya menekankan ini dan yang benar persekutuan adalah gereja rumah bukan di dalam gedung gereja yang tidak utuhlah.

KESIMPULAN :

Saya rasa memang perlu kreatif dan inovatif dalam kehidupan kekristenan, tetapi jangan terjebak kepada fanatisme yang sempit, membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.

Segala hal tentu ada negatif dan positifnya, termasuk kehidupan bergereja, tetapi bukan berarti menyalahkan gereja dan ibadah di dalamnya.

Kalau pengajaran kita tidak utuh akan cenderung melenceng dari firman dan bisa menyesatkan umat Tuhan.